LOGIKA & KEBENARAN


LOGIKA DAN KEBENARAN


PENDAHULUAN

Manusia sebagai ciptaan Tuhan yang paling tinggi, dianugerahi oleh akal pikiran yang berguna bagi manusia dalam mencari dan menemukan jawaban atas berbagai permasalahan. Berpikir dikatakan menjadi bagian dari kehidupan manusia (Suwardi Endraswara, 2012: 175). Dengan kata lain semua orang sudah, sedang, dan akan melakukannya sepanjang waktu selama hidup. Dengan berpikir kita dapat mampu menarik sebuah kesimpulan atau menemukan jawaban atas permasalahan yang terjadi.

Sejak kecil manusia sudah mulai berpikir tetang segala sesuatu disekitarnya, sebagai contoh: anak kecil akan selalu bertanya: apa ini? Atau apa itu? Kepada orang tuanya tentang sesuatu yang sedang dilihat dan/atau dipikirkannya. Dalam kehidupan sehari-hari, kita juga sering mendengar ungkapan “omonganmu tidak logis” atau “kalau ngomong yang logis dong”. Kedua ungkapan tersebut menimbulkan pertanyaan apakah tidak logis sama dengan tidak masuk akal? Atau apakah yang tidak logis itu sama dengan tidak benar? Kalau berbeda apakah yang dimaksud tidak logis tersebut? Apakah yang dimaksud dengan benar itu sendiri? Apakah yang logis itu selalu benar? Bagaimana sesuatu dikatakan benar?
Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas, seputar kelogisan dan kebenaran sesuatu, maka makalah ini disusun untuk memaparkan dan memberikan pengertian serta pemahaman yang jelas tentang logika dan kebenaran meliputi: pengertian logika dan kebenaran, macam-macam logika dan kebenaran, manfaat logika dalam pengembangan ilmu, dan cara penemuan kebenaran, serta kebenaran ilmiah dan non-ilmiah.

PEMBAHASAN

A.      LOGIKA
1.       Pengertian Logika
Dalam filsafat ilmu, logika sangat dibutuhkan untuk menjelaskan dan memahami sebuah gejala keilmuan. Hadiatmaja dan Kuswa Endah  melalui Suwardi Endraswara (2012: 174) menyatakan bahwa logika adalah cabang filsafat umum yang membicarakan masalah berpikir tepat, yaitu mengikuti kaidah-kaidah berpikir yang logis.
Logika berasal dari kata Yunani yaitu “logos” yang berarti ucapan, kata, akal budi, dan ilmu (Suwardi Endraswara, 2012: 173). Secara leksikal, Oxford Advanced Learner’s Dictionary mendefinisikan logika sebagai (1) the science of thinking about or explaining the reasons for something, (2) a particular method or system of reasoning, dan (3) a way of thinking or explaining something, whether right or wrong. Hal senada juga ditegaskan oleh Karomani (2009: 14) yang mendefinisikan logika sebagai suatu kajian tentang bagaimana seseorang mampu untuk berpikir dengan lurus.
Logika adalah ilmu tentang metode dan prinsip yang memelajari segenap asas, aturan dan tata cara mengenai penalaran yang benar untuk membedakan yang benar dan yang salah. Logika merupakan ilmu sekaligus keterampilan berpikir guna memeroleh argumentasi yang nalar ketika digunakan untuk memandang sebuah fenomena (Suwardi Endraswara, 2012: 175).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa logika adalah ilmu atau cara tertentu yang digunakan seseorang dalam rangka berpikir lurus guna mencari alasan, penjelasan, dan jawaban atas sebuah permasalahan.
2.       Macam-macam Logika
Logika sebagai sarana berpikir manusia apabila dipandang dari aspek waktu, maka logika dapat dibedakan menjadi dua, meliputi:
a.       Logika tradisional atau logika naturalis atau logika kodratiah/alamiah (second order), yaitu cara berpikir sederhana berdasarkan kodrat atau naluri fitrah manusia yang sejak lahir sudah dilengkapi alat berpikir, sebagai contoh:
Makan tidak sama dengan minum.
Seseorang yang lapar pasti ingin makan.
Seseorang yang haus pasti ingin minum.
                Logika tradisional ini sering disebut juga logika bahasa atau logika linguistik karena logika jenis ini sering berfungsi untuk menganalisa bahasa (Suwardi Endraswara, 2012: 178). Menurut Noeng Muhadjir (2011: 23-24) logika tradisional terbagi lagi menjadi dua macam, yaitu:
1.       Logika formil deduktif Aristoteles.
Disebut deduktif karena pembuktian diambil dari premis mayor yang dipandang mutlak benar, untuk membuktikan kasus (yang disebut premis minor) dan apabila terdapat kecocokan (dalam makna implisit) dengan premis mayor, maka kesimpulan kasus itu benar. Sedangkan disebut formil karena kebenaran diuji berdasarkan sinkrunnya proposisi-proposisi mayor-minor dan term tengahnya, bukan diuji berdasarkan kebenaran materiil. Contoh:

                                Semua manusia (subyek mayor) dapat mati (predikat mayor)
                                Si Ali (term tengah) itu manusia (subyek mayor)
                                Jadi: Si Ali (term tengah) dapat mati (predikat mayor)
2.       Logika materiil axiomatik Euclides.
Logika jenis ini disebut materiil karena pembuktian kebenaran berdasarkan bukti empiris. Kebenarannya didasarkan pada cocoknya rasio dengan bukti empiris. Logika ini juga disebut axiomatik karena pembuktian kebenaran berdasar axioma atau kebenaran universal. Contohnya:
        Matahari terbit dari dari Timur dan terbenam di Barat.
b.      Logika Modern atau logika artifisialis atau logika matematika/simbolik atau logika ilmiah (first order), yaitu jenis logika yang menerapkan prinsip-prinsip matematik terhadap logika tradisional dengan menggunakan lambang-lambang (non-bahasa). Dengan kata lain logika jenis ini menggunakan cara berpikir matematis. Fakta yang dipakai adalah fakta-fakta obyektif yang andal, sehingga daya tahan logika ini agak lama. Dengan kata lain logika jenis ini mempelajari hukum-hukum, prinsip-prinsip, dan bentuk-bentuk pikiran manusia yang jika dipatuhi akan membimbing manusia untuk mencapai kesimpulan-kesimpulan yang lurus dan sah (Suwardi Endraswara: 2012: 181-186). Sebagai contoh:
A > B (A lebih besar dari B)
A = C (A sama dengan C)
                C > B (C lebih besar dari B) atau B < C (B lebih kecil dari C)
c.       Logika Linguistik atau Logika Bahasa
Telah dipaparkan sebelumnya bahwa logika bahasa/linguistik (second order) digunakan untuk mengambil kesimpulan fakta-fakta bahasa dan sastra. Terdapat dua teori terkait pemahaman bahasa dan sastra yaitu: (1) formal thinking yaitu teori bahasa platonik, bahwa manusia sebenarya dapat bepikir formal sehingga menghasilkan subyek, predikat, dan objek, dan (2) subjective thinking, yaitu teori bahasa chomsky, bahwa sesuatu yg diekspresikan berada dalam pikiran manusia (Suwardi Endraswara, 2012: 181).
Logika bahasa adalah cara berpikir menggunakan gagasan yang diawali dengan hal-hal atau fakta yang bersifat khusus yang dituangkan dalam beberapa kalimat atau berupa kalimat penjelasan berdasarkan penjelasan itu berakhir pada kesimpulan umum yang dinyatakan dengan kalimat topik. Dengan kata lain logika bahasa menggunakan alur berpikir induktif. Contohnya:

Kuda Sumba punya sebuah jantung        (Penjelasan)
Kuda Australia punya sebuah jantung     (Penjelasan)
Kuda Amerika punya sebuah jantung     (Penjelasan)
Kuda Inggris punya sebuah jantung         (Penjelasan)
Setiap kuda punya sebuah jantung          (Kalimat Topik)
Bahasa yang baik dan benar dalam praktik kehidupan sehari-hari hanya dapat tercipta apabila ada kebiasaan atau kemampuan dasar dari setiap orang untuk berpikir logis. Sebaliknya, suatu kemampuan berpikir logis tanpa kemampuan bahasa yang baik, maka ia tidak akan dapat menyampaikan isi pikiran kepada orang lain.
d.      Logika Matematis
Logika matematika seperti telah dibahas di atas, adalah sebuah alat berpikir yang menggunakan pernyataan-pernyataan (statements) majemuk termasuk di dalamnya:
1.       Bahasa untuk merepresentasikan pernyataan.
2.       Notasi yang tepat untuk menuliskan sebuah pernyataan.
3.       Metodologi untuk bernalar secara objektif untuk menentukan nilai benar-salah dari sebuah pernyataan.
4.       Dasar-dasar untuk menyatakan pembuktian formal dalam semua cabang matematika.
e.      Logika Filosofis
Menurut Russell melalui Suwardi Endraswara (2012: 183-185) membagi logika ke dalam tiga tipe yaitu: logika tradisional klasik, logika evolusionisme, dan logika atomisme.
1.       Logika tradisional klasik
Perhatian utama adalah para filsuf Yunani yang menekankan pasa rasio sebagai perhatian utamanya. Dengan kata lain rasio merupakan satu-satunya keabsahan yang sahih. Metode deduksi apriori digunakan dalam tipe ini untuk mengkaji fenomena yang ada. Semua realitas adalah suatu kesatuan dan tidak ada perubahan. Logika dalam bentuk ini dikonstruksikan melalui proses negasi. Dunia dibentuk oleh logika dan disempurnakan oleh pengalaman.
2.       Logika evolusionisme
Logika tipe ini menekankan dan mendasarkan pada ilmu pengetahuan. Evolusionisme bukan ilmu pengetahuan yang sesungguhnya dan juga bukan metode untuk memecahkan masalah. Filsafat sesungguhnya adalah suatu yang lebih kuat sekaligus lebih longgar, menguak harapan-harapan tentang keduniaan dan membutuhkan beberapa disiplin ilmu supaya berhasil dalam mempraktikkannya.
3.       Logika atomisme
Logika tipe ini mempunyai tujuan untuk mengupas habis struktur hakiki bahasa dan dunia. Tujuan ini dicapai melalui jalan analisis. Logika tipe ini, didasarkan pada pemikiran matematis.
f.        Logika Pragmatik
Pragmatisme adalah aliran filsafat yang mengajarkan bahwa yang benar adalah segala sesuatu yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan melihat kepada akibat-akibat atau hasilnya yang bermanfaat secara praktis. Dengan demikian, bukan kebenaran objektif dari pengetahuan yang penting melainkan bagaimana kegunaan praktis dari pengetahuan kepada individu-individu.
Dasar dari pragmatisme adalah logika pengamatan, di mana apa yang ditampilkan pada manusia dalam dunia nyata merupakan fakta-fakta individual, konkret, dan terpisah satu sama lain. Dunia ditampilkan apa adanya dan perbedaan diterima begitu saja. Representasi realitas yang muncul di pikiran manusia selalu bersifat pribadi dan bukan merupakan fakta-fakta umum.  Ide menjadi benar ketika memiliki fungsi pelayanan dan kegunaan. Dengan demikian, filsafat pragmatisme tidak mau direpotkan dengan pertanyaan-pertanyaan seputar kebenaran, terlebih yang bersifat metafisik.
3.       Manfaat Logika
Jenis-jenis logika yang telah dipaparkan satu-persatu di atas, secara historis tentu ada makna dan manfaatnya bagi manusia. Menurut Suwardi Endraswara (2012: 178) memaprakan secara singkat manfaat logika yang dapat dikategorikan sebagai berikut:
a.       Logika menyatakan, menjelaskan, dan mempergunakan prinsip-prinsip abstrak yang dapat dipakai dalam semua lapangan ilmu pengetahuan bahkan seluruh lapangan kehidupan.
b.      Logika menambah daya berpikir abstrak dan dengan demikian melatih dan mengembangkan daya pemikiran dan menimbilkan disiplin intelektual.
c.       Logika mencegah kita tersesat oleh segala sesuatu yang kita peroleh berdasarkan otoritas, emosi, dan prasangka.
d.      Logika membantu kita untuk mampu berpikir sendiri dan tahu membedakan yang benar dan yang salah.
e.      Logika membantu orang untuk dapat berpikir lurus, tepat dan teratur karena dengan berpikir demikian seseorang dapat memeroleh kebenaran dan menghindari kesalahan.

B.      KEBENARAN

1.       Pengertian Kebenaran
Maksud hidup ini adalah untuk mencari kebenaran. Kebenaran ini menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah keadaan (hal dsb) yang cocok dengan keadaan (hal) yang sesungguhnya. Sementara menurut Syafi’i dikutip oleh Marwar didalam artikelnya, “Kebenaran dalam perspektif filsafat ilmu” mengatakan bahwa kebenaran itu adalah kenyataan.  Kenyataan yang dimaksud itu tidak selalu yang seharusnya terjadi. Kenyataan yang terjadi bisa saja berbentuk ketidakbenaran (keburukan). Jadi, ada dua pengertian kebenaran, yaitu kebenaran yang berarti nyata-nyata di satu pihak, dan kebenaran dalam arti lawan dari keburukan (ketidakbenaran).
Kebenaran adalah kenyataan yang benar-benar terjadi. Pernyataan ini pasti, dan tidak dapat dipungkiri lagi. Manusia selalu ingin tahu kebenaran, karena hanya kebenaranlah yang bias memuaskan rasa ingin tahu, dengan kata lain tujuan pengetahuan ialah mengetahui kebenaran.
Kita manusia bukan hanya sekedar ingin tahu, tetapi ingin mengetahui kebenaran. Kita juga selalu ingin memiliki pengetahuan yang benar. Kebenaran ialah persesuaian antara pengetahuan dan obyeknya. Pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang sesuai dengan obyeknya.
2.       Macam-macam Kebenaran
Terdapat banyak pandangan mengenai teori kebenaran dalam kaitannya dengan pengembangan ilmu, di antaranya adalah kebenaran empiris, kebenaran rasional, kebenaran ilmiah, kebenaran intuitif,dan kebenaran relegius.
a.       Kebenaran empiris.
Empiris adalah suatu keadaan yang bergantung bukti atau konsekuensi yang teramati oleh indera. Data empiris yang dihasilkan dari percobaan atau pengamatan (Wikipedia).Jadi, empiris itu artinya kelihatan jelas, ada pembuktiannya, bias kita dengar, sentuh, berdasarkan pada hal-hal yang kelihatan dan sudah diuji kebenarannya. Merupakan hal yang dapat diinderawi, hal yang dirasakan oleh manusia dengan inderanya. Secara lebih jelas dengan contoh berikut ini:
1.       Api itu panas.
2.       Es itu dingin.
3.       Daun itu hijau.
b.      Kebenaran Rasional.
Rasional berarti menurut pikiran dan pertimbangan yang logis; menurut pikiran yang sehat; cocok dengan akal. Rasionalisme adalah pandangan bahwa kita mengetahui apa yang kita pikirkan dan bahwa akal mempunyai kemampuan untuk mengungkapkan kebenaran dengan diri sendiri, atau bahwa pengetahuan itu diperoleh dengan cara membandingkan ide dengan ide Basman (2009: 30).
Manusia merupakan makhluk hidup yang dapat berpikir, sehingga kemampuannya tersebut dapat menangkap ide atau prinsip tentang sesuatu yang pada akhirnya sampai kepada kebenaran, yaitu kebenaran rasional. Sebagaicontohberikut:
Ketika TV kita tidak berfungsi dengan baik maka dapat dipikir bahwa dan dipastikan kalau ada komponen di dalam TV yang rusak atau sudah perlu diganti. Pemikiran tentang ada sesuatu yang tidak beres ini merupakan suatu hal rasional yang timbul dari fenomena TV dan dapat dipastikan pikiran rasional ini benar.
c.       Kebenaran Ilmiah.
Kebenaran ilmiah merupakan kebenaran yang muncul dari hasil penelitian ilmiah dengan melalui prosedur baku berupa tahap-tahapan untuk memperoleh pengetahuan ilmiah yang berupa metodologi ilmiah yang sesuai dengan sifat dasar ilmu.
Oleh karena itu, kebenaran ilmiah sering disebut sebagai kebenaran nisbi atau relatif. Sifat kebenaran ini sesuai dengan sifat keilmuan itu sendiri yang dapat berubah sesuai dengan perkembangan hasil penelitian, karena suatu teori pada masa tertentu bisa jadi merupakan kebenaran, tetapi pada masa berikutnya bisa jadi sebuah kesalahan besar. Contoh kebenaran ilmiah:
1.       Bumi itu bulat dan tidak datar.
2.       Air mendidih pada 100°C
d.      Kebenaran Intuitif.
Intuitif merupakan suatu sarana untuk mengetahui secara langsung dan seketika. Unsur utama bagi pengetahuan adalah kemukinan adanya sesuatu bentuk penghayatan langsung (intuitif) Bergson dalam Muslih (2004: 68). Pendekatan ini merupakan pengetahuan yang diperoleh tanpa melalui proses penalaran tertentu.
Intuisi bersifat personal dan tidak bias diramalkan.
Bahwa intuisi yang dialami oleh seseorang bersifat khas, sulit atau tidak bisa dijelaskan, dan tidak bisa dipelajari atau ditiru oleh orang lain. Bahkan seseorang yang pernah memperoleh intuisi sulit atau bahkan tidak bias mengulang pengalaman serupa, misalnya, seorang yang sedang menghadapi suatu masalah secara tiba-tiba menemukan jalan pemecahan dari masalah yang dihadapi atau secara tiba-tiba seseorang memperoleh informasi mengenai peristiwa yang akan terjadi.
e.      Kebenaran Religius.
Kebenaran religius ialah kebenaran Ilahi, kebenaran yang bersumber dari Tuhan. Kebenaran ini disampaikan melalui wahyu. Manusia bukan semata makhluk jasmani yang ditentukan oleh hokum alam dan kehidupan saja, ia juga makhluk rohaniah sekaligus, pendukung nilai.
Kebenaran tidak cukup diukur dengan interes dan rasio individu, akan tetapi harus bisa menjawab kebutuhan dan memberi keyakinan pada seluruh umat. Karena itu kebenaran haruslah mutlak, berlaku sepanjang sejarah manusia. Contoh kebenaran religius:
1.       Tentang madu.
2.       Alkitab atau Alquran.

PENUTUP

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa logika dan kebenaran dalam filsafat ilmu sangat dibutuhkan dan menjadi tujuan dalam menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi. Logika, filsafat, dan ilmu saling berkaitan satu dengan yang lainnya guna memperoleh sebuah kebenaran yang sahih. Dengan kata lain, ketiga-tiganya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Ilmu seharusnya bermain di atas logika dan didukung oleh data (konfirmasi). Tanpa logika ilmu kurang bermakna. Logika akan mengarahkan seorang peneliti ketika mencari kebenaran. Logika mengutamakan kesadaran dan dan nalar yang jernih dalam segala hal. Logika yang nalar harus didukung oleh konfirmasi, artinya ada penjelasan dan pemahaman mendalam. Konfirmasi dapat menjadi jalan mencapai kebenaran ketika didukung oleh strategi berpikir logis.
Kebenaran menjadi cita-cita tertinggi yang dikejar oleh filsafat ilmu. Kebenaranpun perlu didukung oleh fakta-fakta (data). Kebenaran yang didukung oleh fakta (data), diperoleh melalui aplikasi berpikir metodologis. Dengan kata lain, fakta (data) merupakan modal untuk menemukan kebenaran yang logis. Kebenaran dan fakta selalu menggunakan logika.


DAFTAR PUSTAKA



Basman. 2009. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Gusepa.
Depdiknas.2007. Kamus Besar Bahasa  Indonesia Pusat Bahasa.Edisi III.  Jakarta: Balai Pustaka.
Endraswara, Suwardi. 2012. Filsafat Ilmu, Konsep, Sejarah, dan Pengembangan Metode Ilmiah. Yogyakarta: PT. Buku Seru.

Muhadjir, Noeng. 2011. Filsafat Ilmu: Ontologi, Epistemologi, Axiologi First Order, Second Order & Third Order of Logics dan Mixing Paradigms Implementasi Methodologik (Edisi IV). Yogyakarta: Penerbit Rake Sarasin.
Mawardi, Imam. 2008. Kebenaran dalam perspektif filsafat ilmu. Diunduh pada tanggal 1 November 2012 dari http://mawardiumm.wordpress.com/2008/06/02/kebenaran-dalam-perspektif-filsafat-ilmu/.
Muslih, Mohammad. 2004. FilsafatIlmu: Kajian atas Asumsi Dasar, Paradigma dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Belukar.
Susmanto, Daryo. 2012. Kebenaran Ilmiah dan Kebenaran Akal. Diunduh pada tanggal 1 November 2012 dari http://daryosusmanto.blogspot.com/2012/06/kebenaran-ilmiah-dan-kebenaran-akal.html.

Komentar

  1. Kebenaran yang katanya orang berkata "ini dari Tuhan"

    Harus dicek dulu, sesuai dg logika dan kebenaran atau tidak..
    Terutama batu ujinya adalah sains yg berupa fakta/hukum.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

SOSIOLINGUISTIK - ETNOGRAFI KOMUNIKASI - MODEL "SPEAKING" HYMES

INTERFERENSI dan CAMPUR KODE